Seorang Sahabat Rumah Belajar harus mampu berbagi dan berkolaborasi. Bukan hanya untuk memenuhi tugas sosialisasi, namun juga untuk memperkaya diri. Beruntung juga pembaTIK level 4 ini dilalui secara daring. Walaupun tidak menginap di hotel berbintang, namun bisa mengenal SRB dari lain provinsi sungguh sangat menyenangkan.
Maka saya mulai berburu mencari Sahabat Rumah Belajar dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Saya sangat penasaran bagaimana pembelajaran di sana? Kendala apa dan bagaimana solusi yang mereka lakukan?
Beberapa kali ajakan saya tak membuahkan hasil, awalnya dijawab namun pada akhirnya tak ada balasan. Suatu saat saya melihat profil Kak Nengsi Situmeang, SRB dari Papua Barat bermarga Batak. Begitu saya menghubungi beliau, komunikasi pun terjalin lancar. Sepertinya kami satu frekuensi. Kemudian saya sampaikan niat untuk mencari satu orang lagi dari wilayah Indonesia Tengah.
Kak Nengsi mempunyai kenalan dari Kalimantan Utara yang bersedia diajak bergabung, Kak Donal Eryxon. Beliau mengajar sejarah di SMA. Kak Nengsi mengajar Bahasa Indonesia di SMP, dan saya guru Sekolah Dasar. Jadi kami benar-benar merupakan Sahabat Rumah Belajar lintas pulau, lintas provinsi, lintas jenjang, dan lintas zona waktu.
Kami bertiga merasa cocok satu sama lain bagaikan teman lama yang dipertemukan kembali. Saat rapat di whatsapp group maupun virtual meeting, kami pun lebih banyak bersenda gurau dibanding membahas acara kami.
Pada akhirnya, tema dan judul berhasil ditentukan setelah beribu-ribu derai air mata tawa. SRB Lintas Waktu Berbagi Inovasi Pembelajaran Bersama Rumah Belajar disingkat SRB Lintas Waktu Bersabar begitu kami memilih nama untuk kelompok berbagi kami.
Rencana dibuat, room zoom dipesan, tanggal dan hari ditentukan, salah satu DRB kami masing-masing dihubungi. Secara khusus, Kakak Nengsi meminta kehadiran Bapak Mirwan Saputra, DRB Lampung 2019. Mereka pernah bersama saat program SM 3T di Kupang.
Tiga DRB bersedia hadir. Bapak Mirwan Saputra (DRB Lampung), Bapak Eri Afrizal (DRB Kalimantan Utara), dan Bapak Djamal Jafar (DRB Papua Barat). Kemudian kami meminta salah satu teman SRB untuk menjadi moderator kami, DAT Novitasari (SRB Papua Barat).
Waktu disepakati Hari Rabu, 14 Oktober 2020 pukul 15.00. Tunggu, maksud saya pukul 15.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), 16.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan 17.00 Waktu Indonesia Timur (WIT). Nah harus lengkap karena kami berasal dari tiga zona waktu yang berbeda, walaupun menurut Kakak Donal dan Kak Nengsi, patokan waktu memang biasanya WIB.
Selasa malam kami mengadakan gladi. Saya, Kak Donal, Kak Nengsi, dan Kak Novi bertemu dalam sebuah ruangan maya untuk mempersiapkan apa yang akan kami lakukan besok. Lagi-lagi yang terjadi lebih banyak senda gurau daripada membicarakan teknis pelaksanaan acara.
Saat Kak Donal mencoba membagi ilmunya mengenai inovasi pembelajaran dengan membuat aplikasi android sederhana, saya malah tertawa karena merasa lucu melihat beliau berbicara serius dan formal. Kak Donal memilih materi ini karena siswa SMA di tempat Kak Donal mengajar lebih bisa untuk menggunakan aplikasi yang sudah jadi daripada harus membuka website. Kak Donal juga bercerita bahwa di Lumbis, tempat beliau mengajar, siswa lebih memilih menikah daripada meneruskan sekolah.
Keesokan harinya, 15.00 WIB, 16.00 WIT, 17.00 WIT, acara dimulai dengan dihadiri ketiga DRB kami dan lebih kurang 20-25 peserta. Pagi tadi sempat terjadi kendala mati listrik di Lumbis dan Sorong namun akhirnya sudah nyala saat acara dimulai.
Kak Novi mengawali acara hari ini dengan manis. Sesi pertama giliran Kak Nengsi yang membagikan pengalamannya di daerah 3T. Sebelumnya ia menceritakan pengalamannya dulu bersama Pak Mirwan, saat menjadi guru pada program SM-3T sambil menampilkan foto-foto. Lalu Kak Nengsi bercerita di tempat ia mengajar tidak ada sinyal tidak ada anak yang punya gawai. Maka ia harus pergi ke kota berjalan berkilo-kilo untuk mencari sinyal.
Lalu bagaimana cara Kak Nengsi mendidik putra putri Papua Barat? Kak Nengsi mengunduh video pembelajaran baik dari Sumber Belajar di Portal Rumah Belajar, maupun dari TV Edukasi. Setelah itu ia mendatangi muridnya satu persatu untuk menunjukkan video yang telah diunduhnya. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Indonesia bangga memiliki seorang guru yang rela mengorbankan kemerdekaan pribadinya untuk pendidikan bangsa. Masih banyak lagi pengalaman beliau dalam dunia pendidikan yang menjadi ilmu berharga bagi saya.
Selanjutnya giliran Kak Donal. Ia memberikan tutorial untuk membuat aplikasi android melalui kodular. Kodular ini sebuah website yang memberikan interface menarik dan mudah dipahami sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat sebuah media pembelajaran interaktif. Ilmu baru lagi yang saya dapatkan saat berbagi. Benar bukan, berbagi justru akan memberi kita begitu banyak hal baru.
Kemudian terjadi hal yang membuat saya harus mematikan kamera. Saya tidak kuat menahan tawa karena Kakak Donal dengan muka datarnya berkata, "Halo, Bapak/Ibu, masih ada di sinikah? Saya seperti orang gila bicara sendiri". Sekitar semenit saya menenangkan diri dan kembali lagi menyalakan kamera masih menahan tawa.
Di tengah serius menyimak penjelasan Kak Donal, tiba-tiba beliau menghilang. Ternyata di daerahnya mengalami mati listrik. Akhirnya kesempatan diberikan kepada saya terlebih dahulu sembari Kak Donal menghidupkan generator.
Saya membagi pengalaman mengajar saya menggunakan flipped classroom. Saat saya ingin membantu anak-anak agar tidak bosan saat pembelajaran daring. Saat saya membantu mereka menghabiskan kuota belajar dari pemerintah. Betapa siswa saya merasa senang saat bisa menggunakan aplikasi zoom untuk pertama kalinya.
Pengalaman saya tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Namun niat kami sama. Kami ingin sama-sama memajukan pendidikan di Indonesia agar terus maju dan berjaya. Kami mencurahkan waktu dan tenaga kami untuk memerdekaan anak bangsa.
Akhirnya pertemuan maya kami ini diakhiri oleh beberapa patah kata dari Bapak Mirwan. Beliau mengapresiasi apa yang kami lakukan dan memberikan motivasi dan dukungan agar kami terus maju dan berkarya.
Saya sangat bersyukur atas kolaborasi kali ini. Hubungan kami masih berjalan baik, masih sering berbagi tentang apapun. Berbagi tidak akan mengurangi apa yang kita punya. Justru menambah ilmu dan bahkan menambah saudara. Terima kasih Kak Donal, Terima kasih Kak Nengsi, atas pengalaman belajar dan persaudaraan yang kalian berdua berikan.
SRB Lintas Waktu Bersabar, tempat jantungku menyebar!
Ahhhh... kakak terbaikku... diriku maluu hahhaha
BalasHapusAhahahaa... Ga percaya Kak Nengsi bisa malu. Wakakakaka
Hapus