“Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah”. Lirik lagu yang populer di masa kecil saya terngiang di telinga. Entah kenapa lirik tersebut yang muncul, saat saya ingin menulis tentang motivasi saya menjadi Duta Rumah Belajar.
Setelah saya renungkan, jalan hidup saya memang berliku. Saya pernah kuliah di jurusan Farmasi, namun tidak berhasil mendapatkan gelar sarjana, walaupun tinggal selangkah lagi berbaju toga.
Panggung sandiwara membawa langkah saya ke Provinsi Lampung. Tanah kelahiran suami. Tepatnya di Baradatu, Way Kanan, sebuah desa yang pada awalnya adalah desa transmigran menjadi tempat saya bernaung mulai tahun 2016 setelah sebelumnya tinggal di Yogyakarta.
Di tempat ini, saya menemukan banyak potensi luar biasa, namun tidak dengan sumber daya manusianya. Saya melihat ada jurang perbedaan di antara Kota Pendidikan dan tempat saya tinggal sekarang. Hal ini terutama terlihat dalam mendidik siswa. Saya melihat banyak guru, tidak semua, hanya mengajar saja tanpa mendidik. Saat itu juga saya terpanggil menjadi seorang guru.
Lagi-lagi panggung sandiwara memberi saya peran untuk berlakon. Saya mendapat kesempatan mengajar di SDS Bhakti, sekolah swasta yang bersedia menerima saya dengan ijazah SMA. Di panggung ini saya mulai berlakon menjadi guru. Pernah hampir menangis karena bingung apa itu RPP, Prota, Promes, dan silabus. Tapi saya berusaha mengejar ketertinggalan saya. Bagaimana membuat administrasi kelas, menghadapi anak-anak, dan menguasai kelas.
Sampai sekarang saya masih terus belajar dan menikmati proses belajar saya. Saya kuliah lagi di jurusan PGSD. Kebahagiaan menjadi seorang guru adalah saat melihat anak-anak berhasil. Berhasil menguatkan karakter mereka untuk siap menghadapi era society 5.0.
Sita-SRB Lampung |
Di tahun 2020 ini, saya berada di panggung PembaTIK, sebuah program Pembelajaran Berbasis TIK. Panggung ini membawa saya ke pentas yang lebih gemerlap, dengan lakon guru-guru hebat dari seluruh Indonesia yang bersatu dan berkolaborasi untuk memajukan pendidikan Indonesia. Sungguh sangat luar biasa kemauan para guru ini untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Begitu juga dengan saya. Saya semakin terpacu untuk melangkah ke panggung yang lebih besar dengan sorot lampu dan dekorasi yang indah. Saya ingin menjadi lakon yang dikenal, bukan hanya pemeran figuran yang disepelekan. Bukan, bukan untuk diri saya sendiri. Namun untuk daerah tempat saya tinggal.
Dulu, saya baru bisa berdiskusi bersama orang-orang dalam lingkaran sekolah saja. Namun saat memulai PembaTIK level 4 ini, saya bisa berbagi dengan guru-guru dari daerah saya. Ternyata banyak guru yang mau diajak untuk terus maju dan belajar, mungkin mereka hanya perlu seseorang yang bisa dijadikan pijakan untuk melompat.
Apa jadinya bila saya menjadi Duta Rumah Belajar 2020? Pasti akan bisa bermanfaat ke panggung yang lebih luas lagi. Saya akan lebih didengar. Semangat saya akan menular. Bila saya dan guru-guru di sekitar saya mempunyai visi dan misi yang sama, maka kami akan mampu mendebutkan generasi-generasi muda yang siap bersaing dari daerah kami. Saya tak mampu berperan sendirian.
Akhirnya, saya hanyalah seorang guru yang masih butuh banyak belajar dan mengembangkan diri. Kesempatan berperan di PembaTIK level 4 ini sudah merupakan anugerah luar biasa dari Sang Sutradara Kehidupan. Berbagi adalah sebuah keharusan, menjadi Duta Rumah Belajar hanyalah bonus. Maju Indonesia!
Semoga bonus itu datang
BalasHapusBonus ayam geprek, Pak?
Hapussemangat kak pokoknya
BalasHapusSyap adek tengah!
HapusMangaaatt
BalasHapusSyaapp
HapusSemangat Ahila . Chandrawilasita
BalasHapus