Kamis, 01 Oktober 2020

Berani Menulis Lagi

Pada zaman dahulu, saat boy band Westlife masih populer dan K-pop belum terdengar gaungnya, saya sangat suka menulis cerpen. Cerita pendek tentang masa-masa remaja yang penuh romansa. Saya yang saat itu duduk di bangku SMP mulai menulis cerita yang terinspirasi dari curhatan teman-teman dekat. Pada akhirnya banyak teman yang minta dibuatkan cerita. 

Buku tulis Big Boss bermotif tartan menjadi saksi pertama saya mulai menulis. Tiap saya selesai menulis sebuah cerita, buku itu akan berkelana ke tangan-tangan yang saat itu belum mengenal gadget. Mereka selalu menuliskan saran-saran dan kesan mereka di bawah cerpen saat selesai membaca. Total ada 5 buku Big Boss bermotif tartan berisi kumpulan cerpen saya. 

Suatu saat, seorang teman menyarankan untuk mengirim cerita saya ke majalah. Saya berpikir panjang, selain tidak percaya diri dengan tulisan saya, mengirim surat pada waktu itu tak semudah menggerakkan jari. Dulu mengirim surat harus ke kantor pos, membeli amplop dan perangko. Belum lagi harus ke rental komputer untuk mengetik dan mencetak naskah cerita. 

Akhirnya, saya beranikan diri mengirim dua buah cerpen ke majalah Kawanku, majalah gadis remaja saat itu. Ceritanya seperti apa saya juga sudah lupa. Maklumlah ya, kalau era Westlife berarti umur bisa dikira-kira. Waktu saya memasukkan naskah beramplop coklat ke dalam kotak surat, debaran hati sudah jangan ditanya. Kemudian harap-harap cemas menunggu selama dua minggu, lalu lupa. Pada akhirnya naskah saya memang tidak terbit dan saya kembali menulis di Big Boss bermotif tartan dengan pembaca setia teman sekolah.

Saya masih sering menulis setelah itu. Berkali-kali mencoba membuat novel, namun selalu macet ide. Kemudian pada akhirnya kesibukan saya sebagai mahasiswa farmasi dan juga mengurus anak membuat saya tidak sempat (baca: malas) untuk menulis. Sesekali saya masih menulis, tapi ide dan imajinasi seakan sudah tertutup dengan masalah susu dan popok si bayi.

Jalan hidup akhirnya membuat saya menjadi guru. Sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan menjadi seorang guru. Sejak menjadi guru inilah banyak ide mulai mengalir di kepala. Bagaimana tidak, setiap hari dihadapkan dengan berbagai macam keunikan anak dan juga berbagai macam karakter orang tua mereka. Tetapi untuk menuliskannya? Nanti dulu. Entah urusan administrasi sekolah maupun rumah tangga menjadi alasan saya untuk tidak memulai menulis lagi.

Penerimaan Piala Lomba Guru Menulis Opini


Suatu saat ada lomba menulis opini untuk guru yang diadakan PGRI Way Kanan. Sepertinya menjadi alasan bagus untuk menulis. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Di zamannya BTS ini mengirim naskah tidak sesusah zaman Westlife. Tinggal ketik dari gawai ataupun gadget lainnya kemudian klik sana-sini naskah sudah terkirim ke tujuan. 
Pada akhirnya tulisan saya yang berjudul Guru Penggerak Kuasai Teknologi itu mendapatkan terbaik pertama. Hal ini menjadi motivasi luar biasa bagi saya untuk kembali menulis lagi. Keinginan saya suatu saat adalah memiliki buku sendiri. Buku Big Boss bermotif tartan yang dicetak oleh penerbit. Mungkin suatu saat buku saya akan berkelana sampai ke tangan Rap Monster, sang leader BTS Sungguh halu yang terlalu. 

Dari lomba ini, hadiah yang membuat saya bahagia adalah ternyata tulisan peserta lomba dibukukan. Tercapai keinginan saya untuk menulis buku, walaupun hanya 5 halaman dari buku setebal 345 halaman. Suatu awal yang baik. 

Ditambah lagi dorongan dari PembaTIK yang sungguh luar biasa. Bersama guru-guru hebat dari seluruh Indonesia menggugah semangat saya untuk terus menulis dan menghasilkan karya. Bila gajah mati meninggalkan gading, maka manusia dikenang karena karyanya. Menulis? Hayuk!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kopi-Kolaborasi Praktik Baik Sahabat Teknologi Lampung

Kolaborasi kali ini diinisiasi oleh Duta Teknologi Provinsi Lampung, bapak ibu duta membagi kami 31 Sahabat Teknologi Lampung 2023 menjadi ...