Kamis, 19 Maret 2020

Guru Penggerak Kuasai Teknologi

"Bu, kami punya grup WA, lho! Ibu kami masukkan, ya? Kan kata Ibu kalau kami buat grup messenger Ibu harus ada?" sambut seorang siswa, pagi tadi saat saya tiba di sekolah. Motor saja belum terparkir rapi, namun sudah diberondong oleh rentetan kalimat tentang grup whatsapp, sebuah aplikasi pesan di gawai.

"Iya, Nak." jawab saya singkat.
Peristiwa tadi menggelitik pikiran saya. Anak zaman sekarang sudah begitu update tentang teknologi. Anak-anak balita pun sudah mahir membuka youtube. Terkadang orang tua kalah mahir dengan anak mereka dalam menggunakan gawai. Bukan tanpa alasan saya meminta untuk dimasukkan ke dalam grup, saya perlu mengawasi mereka dalam penggunaan media sosial.

Generasi saat ini memang dikenal dengan generasi milenial, era industri 4.0. Zaman di mana semua menggunakan internet dan teknologi yang dihubungkan dengan kecerdasan buatan. Bukan lagi hanya sekedar teknologi informasi tapi juga merambah ke siber-fisik di mana sistem dapat membuat keputusan sendiri tanpa campur tangan manusia. Sungguh luar biasa!

Anak-anak generasi milenial ini nantinya akan bersaing di dunia perdagangan bebas. Mereka akan bersaing dengan warga dari seluruh belahan dunia, termasuk Jepang dan Korea Selatan, negara industri terbesar di dunia. Siapkah mereka? Bagaimana menyiapkan mereka?

Pertanyaan tersebut menantang saya sebagai seorang guru. Bagaimana menyiapkan mereka dalam pasar global? Kemudian saya ingat tema hari Guru Nasional tahun ini, "Guru penggerak Indonesia maju". Juga kata Bapak Nadiem Makarim, Mendikbud, dalam pidatonya di hari Guru Nasional, "Perubahan berawal dan berakhir di guru".

Ini berarti guru harus membuat perubahan! Sekecil apapun apabila dilakukan dengan tulus bisa membawa kemajuan. Mungkin semacam butterfly effect, kepakan sayap kupu-kupu di belantara hutan Brazil bisa mengakibatkan tornado di Texas, beberapa bulan kemudian. Mungkin satu perubahan yang saya lakukan sebagai guru bisa menghasilkan generasi Indonesia yang berdaya saing tinggi di masa depan.

Perubahan yang bisa kita lakukan sebagai guru adalah jangan lelah untuk belajar. Dalam penyampaian materi, kita tentu sudah menguasai bahan, mungkin tanpa perlu belajar lagi. Tapi zaman berubah dengan cepat, lihat saja provinsi Indonesia yang dulu sewaktu saya masih sekolah berjumlah 27, sekarang sudah berkembang menjadi 34. Di buku pelajaran masih ada yang menuliskan 33, karena dibuat sebelum tahun 2013, tahun lahirnya kabupaten termuda di Indonesia, Kalimantan Utara.

Coba bayangkan, apabila guru hanya terpaku pada buku saja, tanpa mau mencari ilmu terbaru, maka materi yang diajarkan akan tidak sesuai. Bahkan mungkin siswa yang akan mengoreksi kesalahan kita.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk paham menggunakan teknologi, jangan ada kata, "Saya sudah tua", atau, "Saya tidak bisa". Belajar, belajar, dan belajar! Tidak ada kata terlambat dalam belajar.

Tidak ada kata tua dalam menuntut ilmu. Hanya ada niat mau atau tidak menimba di sumur pengetahuan. Betapa bahagianya saya melihat rekan guru separuh baya yang tadinya sama sekali buta menggunakan laptop, sudah bisa mengajari rekan guru lainnya. Bukankah ini sudah merupakan perubahan?

Guru yang melek dengan teknologi juga akan lebih kreatif dan inovatif. Dalam hal media pembelajaran akan banyak variasi yang bisa dilakukan. Metode belajar tidak hanya ceramah saja di kelas dengan media buku dan papan tulis, namun bisa berkembang seperti penggunaan audio dan audio visual.

Guru juga bisa mencari di situs pencarian metode belajar apa yang bisa digunakan untuk materi tertentu. Pilihan akan sangat banyak dan bervariasi. Tentu saja kita sesuaikan dengan keadaan siswa dan lingkungan kita. Banyak sekali model pembelajaran yang bisa kita adaptasi, seperti market place activity, penggunaan domino, penggunaan proyektor, poster, dan banyak lagi.

Manfaatnya untuk siswa juga akan terasa, yang paling utama adalah belajar akan lebih menyenangkan. Siswa tidak lagi sekedar menanyakan materi apa yang besok akan dipelajari, mereka bahkan menanyakan bagaimana cara mereka belajar. Semangat inilah yang akan membuat mereka senang untuk belajar, apapun yang dilakukan dengan senang hasilnya pasti akan maksimal. Materi dengan mudah akan terserap ke dalam spons nalar mereka.

Variasi belajar yang dialami, tentu akan merangsang cara berpikir mereka. Siswa generasi milenial ini akan berpikir lebih logis, kritis, kreatif, dan cepat tanggap. Hal ini sesuai dengan tuntutan sekarang, yang membutuhkan High Order Thinking Skill (HOTS), atau cara berpikir tingkat tinggi, yang bukan hanya mengingat saja namun dapat menjabarkan sebab dan akibat dari sebuah permasalahan, bahkan dapat menciptakan sesuatu yang baru.

Apa keuntungan kita sebagai guru yang melek teknologi? Tentu saja selain untuk pengembangan diri dan profesi, ilmu yang kita miliki juga dapat bermanfaat bagi rekan sejawat. Selain itu, guru yang menguasai teknologi pasti akan ditunggu kedatangannya oleh siswa. Mereka tidak akan bosan dan tidak sabar menanti pembelajaran seperti apa lagi yang akan kita lakukan. Guru yang paham teknologi akan terlihat lebih keren di mata siswa.

Apabila semua guru menguasai teknologi, saya yakin, guru benar-benar akan menjadi agen perubahan di Indonesia. Sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang generasi milenial ini akan mampu berdaya saing di pasar global. Mari para guru Indonesia, lakukan perubahan, kuasailah teknologi untuk Indonesia yang lebih maju!

Guru melek teknologi, guru keren!

2 komentar:

Kopi-Kolaborasi Praktik Baik Sahabat Teknologi Lampung

Kolaborasi kali ini diinisiasi oleh Duta Teknologi Provinsi Lampung, bapak ibu duta membagi kami 31 Sahabat Teknologi Lampung 2023 menjadi ...