Kamis, 20 Oktober 2022

Analisis Ekosistem DIFEDIL: Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi Menggunakan Model Discovery Learning

Kurikulum Merdeka merupakan salah satu alternatif yang diberikan pemerintah kepada satuan pendidikan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran akibat masa pandemi covid. Yang paling menonjol dari kurikulum merdeka ini adalah dipenuhinya hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kodratnya. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat memenuhi kebutuhan anak yang berbeda-beda? Bagaimana kita bisa mengetahui apa kebutuhan siswa?

Proses Pembelajaran

Platform Merdeka Mengajar merupakan platform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk pendidik dalam mewujudkan Pelajar Pancasila yang memiliki fitur Belajar, Mengajar, dan Berkarya yang digagas oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Platform ini benar-benar menjadi teman sejati yang selalu dicari dan selalu ada saat pendidik membutuhkan bantuan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Melalui platform ini, saya belajar bagaimana memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, atau dengan sebutan lain pembelajaran berdiferensiasi (teaching at the right level). Banyak video dalam video inspirasi yang memperdalam pemahaman saya mengenai implementasi kurikulum merdeka. Juga melalui video praktik baik di Bukti Karya, saya terinspirasi untuk membuat pembelajaran berdiferensiasi. Berikut adalah video inspirasi mengenai pembelajaran berdiferensiasi.

Richard I. Arends, 2008, secara tegas mengatakan, bahwa dalam teori perkembangan kognitif, peserta didik memiliki gaya belajar berbeda sesuai tingkat perkembangan kognitif. Heterogenitas peserta didik di kelas sudah menjadi kepastian, mereka memiliki kemampuan yang berbeda dari segi emosi, intelegensi, sosial, akademis orang tua, dan berbagai kemampuan lainnya. Kemudian menurut Tomlinson (2008), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Berangkat dari kedua pendapat tersebut, saya merancang pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa saya.

Saya mengajar di kelas 6 SD, di sebuah sekolah swasta kecil, SDS Bhakti, yang jumlah siswa kelas 6 pada tahun ini berjumlah 15 anak. Saya merancang pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat menganalisis keadaan ekosistem di lingkungan sekitar sekolah dan menghubungkannya dengan permasalahan lingkungan di sekitar sekolah. 

Sebelun masuk ke pembelajaran saya melakukan asesmen awal yang saya ambil dari Asesmen Murid di Platform Merdeka Mengajar. Asesmen yang saya ambil adalah Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Kelas. Saya membagikan link asesmen dan siswa mengerjakannya menggunakan chromebook bantuan dari pemerintah. Melalui hasil asesmen, kita dapat melihat kategori siswa kita yaitu, kelompok yang membutuhkan intervensi khusus, memiliki pemahaman dasar, termasuk cakap, dan sudah mahir. Dari hasil asesmen, 5 siswa termasuk dalam kategori memerlukan intervensi khusus, 6 siswa di kategori cakap, 3 siswa di kategori sudah mahir, dan 1 siswa tidak dapat mengikuti karena sakit.

Pada materi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) di fase C ini, saya menggunakan model Discovery Learning, salah satu model pembelajaran inovatif yang disarankan pemerintah menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Model discovery learning ini diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.

Menurut Bicknell-Holmes and Hoffman (2000), ada tiga hal yang mendeskripsikan discovery learning, yaitu:

  1. Sebagai eksplorasi serta menyelesaikan masalah dengan menciptakan, mengintegrasikan dan generalisasi pengetahuan.
  2. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang menyenangkan.
  3. Mengintegrasi pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah:
  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
  2. Bernalar kritis
  3. Kreatif
  4. Gotong Royong

Sintaks model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:
  1. Pemberian rangsangan (stimulation);
  2. Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement);
  3. Pengumpulan data (data collection);
  4.  Pengolahan data (data processing);.
  5.  Pembuktian (verification); dan
  6.  Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

Pemberian Rangsang (Stimulation)

Pada tahap ini, setelah membuka dengan doa dan salam, serta mengondisikan keadaan kelas untuk siap belajar, saya memberikan stimulasi berupa pertanyaan pemantik, "Pernahkah kalian melihat ular masuk ke dalam rumah?"

Pertanyaan ini membuat siswa merasa tertarik dengan pembelajaran. Mereka berebut untuk memberi jawaban berdasarkan pengalaman mereka. Di daerah kami tinggal, ular memang beberapa kali pernah masuk rumah karena desa kami berdekatan dengan kebun karet, sawit, dan hutan. Saya memberikan mereka kesempatan untuk bercerita bergantian. Kemudian saya melanjutkan dengan pertanyaan, "Kira-kira kenapa ya ular bisa masuk ke dalam rumah".

Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement)

Pertanyaan mengenai penyebab ular masuk ke dalam rumah membawa diskusi kami masuk ke tahap selanjutnya dalam pembelajaran discovery learning yaitu identifikasi masalah. Pertanyaan tersebut memberikan siswa sebuah pemikiran bahwa ada masalah dari masuknya ular ke habitat manusia. Jawaban mereka beragam seperti, adanya kenaikan suhu di luar, habitat ular yang didesak oleh manusia, ular tersebut mencari makan, dan jawaban lain yang walaupun tidak sesuai namun perlu direspon dengan positif.

Sebelum masuk ke tahap selanjutnya, saya mengajak siswa kembali mengingat mengenai materi yang sudah dipelajari sebelumnya mengenai ekosistem. Hal ini untuk membantu siswa menggali pemahamannya mengenai pengetahuan dasar dan dapat mengaitkannya dengan permasalahan yang ada di sekitar mereka. Dalam hal ini saya menggunakan media dari Sumber Belajar di Rumah Belajar. Video tersebut memberikan informasi mengenai apa itu individu, populasi, komunitas, ekosistem, habitat, dan informasi dasar lainnya. Setelah menyimak video tersebut, saya memberikan tanya jawab kepada siswa untuk menguji pemahaman. 

Pengumpulan Data (Data Collection)

Saat saya merasa siswa sudah kembali memahami informasi dasar mengenai ekosistem, saya mengajak mereka untuk melakukan observasi ke lingkungan sekeliling sekolah. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan hasil asesmen sebelum pembelajaran. Di sini saya melakukan diferensiasi proses, saya akan lebih banyak mendampingi kelompok yang membutuhkan intervensi khusus.

Pembelajaran di luar kelas ini juga mengakomodasi gaya belajar siswa di kelas saya. Sebagian siswa saya merupakan siswa kinestetis yang dalam belajar tidak bisa diam, sedangkan sebagian siswa adalah siswa audio-visual yang membutuhkan benda yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar untuk belajar. Proses belajar ini sangat menyenangkan untuk mereka. Mereka menganggap perjalanan melewati perumahan penduduk, kebun karet, kandang sapi, masjid, gereja, dan bahkan saluran irigasi ini adalah sebuah petualangan.



Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) saya bagikan di masing-masing kelompok agar proses observasi tetap berjalan terarah dan sesuai tujuan pembelajaran. Siswa sekolah dasar masih perlu diberi tuntunan dalam menemukan suatu pengetahuan baru, LKPD dapat membantu siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya ke tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pengolahan Data (Data Processing)

Pada tahap ini, siswa diminta untuk berdiskusi dari hasil observasi mengenai:
  1. Ekosistem manakah yang lebih banyak, ekosistem alami atau buatan?
  2. Apakah yang akan terjadi bila terdapat ketidakseimbangan dalam ekosistem?
Siswa pada kelompok intervensi khusus memerlukan bimbingan yang lebih banyak dalam diskusi sedangkan kelompok cakap dan mahir dapat lebih mandiri untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut.

Pembuktian (Verification)

Seusai diskusi, saya meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Saya memberi kebebasan kepada mereka untuk membuat media presentasinya sendiri. Bisa berupa slide presentasi, infografis, tulisan narasi, gambar, poster, atau lainnya. Namun, ketiga kelompok memilih untuk menggunakan slide presentasi yang mereka buat sendiri melalui aplikasi Canva. Mereka memang sedang sangat menyukai aplikasi tersebut di samping aplikasi Google Earth.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Terjadi tukar pendapat dan saling melengkapi satu sama lain. Dalam diskusi ini terlihat bahwa kelompok yang membutuhkan intervensi khusus pun mampu untuk memberikan pendapatnya. Tidak berbeda dengan kelompok lainnya. 

Generalisasi (Generalization)

Kami bersama-sama menarik kesimpulan dari pembelajaran kali ini. Siswa dapat mengaitkan kejadian ular masuk rumah dengan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. Mereka dapat menyimpulkan bahwa di sekeliling lingkungan sekolah terjadi ketidakseimbangan ekosistem di mana ekosistem buatan lebih banyak. Hal tersebut membuat habitat ular terdesak. Ular kemudian masuk rumah untuk mencari makan atau menurunkan suhu tubuhnya. Ular yang masuk rumah lebih sering dibunuh agar tidak melukai penghuni rumah. Bila hal ini terus terjadi, populasi ular akan semakin sedikit sedangkan tikus akan bertambah banyak. Bertambah banyaknya tikus akan mengganggu hasil panen padi, dan yang paling ekstrem adalah dapat menyebabkan kepunahan manusia.

Mereka juga dapat menarik makna dalam pembelajaran ini. Menjaga lingkungan adalah hal yang wajib dilakukan untuk kelangsungan hidup manusia. Saya memberikan pekerjaan rumah kepada mereka untuk mencari proyek-proyek yang dapat mereka lakukan saat ini untuk menjaga lingkungan.

Asesmen yang digunakan dalam pembelajaran ini berupa rubrik yang diisi selama proses pembelajaran. Rubrik yang digunakan sebagai berikut:
  1. Rubrik untuk LKPD dan produk hasil diskusi (kejelasan isi, penggunaan bahasa, hasil produk)
  2. Rubrik untuk Presentasi (cara berbicara, penampilan, menjawab pertanyaan)
  3. Rubrik untuk Kinerja siswa dalam kelompok (kemampuan untuk bekerja sama)
Dari hasil asesmen tersebut, semua siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Manfaat dari pembelajaran dengan model discovery learning  ini adalah:
  1. Pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan
  2. Memanfaatkan lingkungan sekitar
  3. Meningkatkan kepekaan siswa
  4. Mengakomodasi kecepatan dan gaya belajar siswa
Semoga pengalaman saya dalam memberikan pembelajaran berdiferensiasi dapat memberikan manfaat. 
Merdeka Belajar!



Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi by Valentina Benyamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kopi-Kolaborasi Praktik Baik Sahabat Teknologi Lampung

Kolaborasi kali ini diinisiasi oleh Duta Teknologi Provinsi Lampung, bapak ibu duta membagi kami 31 Sahabat Teknologi Lampung 2023 menjadi ...