Rabu, 10 November 2021

Merdeka Belajar: Belajar Asyik dengan Augmented Reality Rumah Belajar

Merdeka belajar!

Inti dari merdeka belajar adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa. Asal siswa bahagia dan tujuan pembelajaran tercapai. Banyak jalan menuju Roma bukan? Banyak jalan yang dapat dilakukan guru untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Guru merdeka menentukan pilihannya.
Merdeka Belajar menerapkan student center dalam pembelajaran

Tentu saja sebagai guru, saya merasa tertantang untuk memberikan pembelajaran bermakna pada siswa saya.  Apalagi dalam masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas saat ini. Sebagai guru saya harus mengatasi learning loss yang dialami siswa saya. Bagaimana caranya? Bahan ajar apa yang harus saya gunakan dalam pembelajaran agar siswa saya kembali menikmati proses belajar?

RUMAH BELAJAR menjawab pertanyaan saya. Fiturnya sangat banyak, dapat digunakan secara gratis dan bebas diunduh. Portal Rumah Belajar yang dikembangkan oleh Pusdatin Kemdikbudristek ini membantu masalah saya selama pembelajaran baik sewaktu daring maupun saat tatap muka terbatas.

Saya tertarik dengan fitur penunjang dari Rumah Belajar, Augmented Reality.  

Augmented Reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya tiga dimensi (3D) ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi dan menampilkannya dalam waktu nyata (real time) (Kamelia, 2015).

Lalu apa bedanya dengan Virtual Reality?

Virtual Reality adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (Kamelia, 2015).

 

Di Rumah Belajar terdapat konten Augmented Reality yang sesuai dengan materi yang akan saya ajarkan, mengenai energi alternatif penghasil listrik. Siswa saya kebanyakan memiliki gadget sendiri, namun terkadang sinyal di daerah saya sedikit naik turun. Maka saya merencanakan pembelajaran yang sesuai untuk siswa saya.

 

Akhirnya saya menemukan model pembelajaran Inquiry terbimbing. Inquiry dalam bahasa Inggris berarti pertanyaan. Dalam model inquiry terbimbing, anak-anak diarahkan untuk mempertanyakan sesuatu dan menjawab sendiri pertanyaan tersebut dengan data dan analisis data yang juga mereka lakukan sendiri. Mampukah siswa sekolah dasar melakukannya? Tentu saja! Dengan merdeka belajar, kemampuan berpikir mereka akan terbebas, tidak lagi terkungkung oleh penjara kurikulum yang menyesakkan.

Presentasi siswa

Menurut Lutfiyah, langkah-langkah (sintaks) dalam model pembelajaran inquiry terbimbing ini adalah orientasi, perumusan masalah, perumusan hipotesa, pengumpulan data, analisis dan penyajian data, serta pengambilan kesimpulan/pembuktian hipotesa.

Orientasi

Saat orientasi, saya mengarahkan fokus dan pemikiran siswa ke tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu siswa dapat menemukan dan menjelaskan cara kerja energi alternatif penghasil listrik, baik itu PLTA, PLTB, PLTN, dan PLTS. Saya merangsang siswa dengan pertanyaan, "Pernahkah kamu menggunakan listrik?". 


Merumuskan Masalah

Dari pertanyaan pancingan tersebut, diskusi kami berlanjut sampai pada pertanyaan, "Bagaimana bisa air di bendungan menjadi energi listrik yang dapat tersalurkan ke rumah-rumah?". Pertanyaan tersebut yang saya tunggu-tunggu. Jadi di sini, siswa sendiri yang menemukan masalah yang sebenarnya memang kita persiapkan untuk dibahas. Namun tugas kita adalah mengarahkan siswa sampai mereka menemukan masalah tersebut, bukan menyajikan masalah langsung di bawah hidung mereka. Lalu saya membagi siswa menjadi 4 kelompok, PLTA, PLTS, PLTN, dan PLTB.

Merumuskan Hipotesa

Kemudian saya mengajak anak-anak untuk membuat perkiraan, bagaimana bisa energi alternatif berubah menjadi energi listrik? Awalnya mereka kebingungan, kemudian saya mengajak mereka untuk mengingat kembali pembelajaran sebelumnya tentang penemuan mesin uap yang waktu itu juga mereka presentasikan dan diskusikan di kelas. Akhirnya, mereka mendapat logika apabila cara kerjanya akan mirip dengan mesin uap, yaitu energi akan menggerakkan turbin yang menyalakan generator dan mengubah energi alternatif tersebut menjadi energi listrik.

Mengumpulkan Data

Saat mengumpulkan data, anak-anak menggunakan Augmented Reality dari Rumah Belajar. Mereka juga mencari sumber lain dari internet, pada kesempatan kali ini, saya sekaligus membagikan kepada mereka cara mencari sumber dari internet secara tepat dan beretika. Saat menggunakan Augmented Reality, siswa merespon baik. Augmented Reality merupakan hal baru bagi mereka, apalagi menggunakan dengan menggunakan gadget yang sesuai dengan generasi mereka saat ini, generasi Z.



Menganalisis Data

Data sudah dikumpulkan, saatnya mereka berdiskusi untuk menemukan jawaban dari pertanyaan, bagaiman cara kerja energi alternatif yang menjadi tugas dari kelompok mereka. Selanjutnya, mereka bertugas menyajikan penemuan mereka dalam bentuk poster. Pada pembelajaran selanjutnya, mereka mempresentasikan hasil penemuan mereka atas jawaban pertanyaan di depan kelas.

Anak-anak sudah terbiasa presentasi, mereka sudah bisa sedikit demi sedikit menjelaskan bahan presentasi mereka dan bukan hanya membacakan seperti yang dulu mereka lakukan. Benar apa yang Ibu Kartati Mariya, Kepala Sekolah saya katakan, "Jangan khawatir, Bu. Pembiasaan akan membuat mereka terbiasa. Jangan menyerah untuk terus berusaha." 

Merumuskan Kesimpulan

Saya sangat bangga atas keberhasilan anak-anak dalam tahap ini. Setelah keempat kelompok selesai mempresentasikan hasilnya, kami bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Mereka dengan mudahnya menemukan adanya kesamaan dari keempat energi alternatif penghasil listrik tersebut, yaitu energi alternatif yang digunakan sama-sama merupakan Sumber Daya Alam yang terbarukan. Bahkan, saat saya bertanya bagaimana dengan uranium, mereka dapat menjawab bahwa uranium dapat didaur ulang.

Lalu mereka juga akhirnya memahami konsep bagaimana energi alternatif dapat diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya adalah energi alternatif tersebut akan memutar turbin, yang akan menyalakan generator yang pada akhirnya akan mengubah energi tersebut menjadi energi listrik.


****

Ah, saya sungguh merasa bahagia dengan proses pembelajaran ini. Saya benar-benar berperan sebagai fasilitator dan membiarkan anak-anak yang menemukan sendiri jawaban pertanyaan yang mereka ajukan sendiri juga. Anak-anak juga bahagia, kebutuhan belajar mereka terpenuhi karena mereka merasa bebas. Memang ingin tahu jawaban dari pertanyaan, bukan dari paksaan maupun tuntutan nilai akademis semata.

Semoga sedikit pengalaman saya ini dapat menginspirasi Teman-Teman Pendidik semua. Masukan dan saran saya terima dengan senang hati. 

Berikut vlog mengenai best practice pemanfaatan Augmented Reality Rumah Belajar menggunakan model Inquiry Terbimbing:


Berikut RPP pembelajaran ini:


Rumah Belajar, belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja!

Best Practice AR by Valentina Benyamin

2 komentar:

Kopi-Kolaborasi Praktik Baik Sahabat Teknologi Lampung

Kolaborasi kali ini diinisiasi oleh Duta Teknologi Provinsi Lampung, bapak ibu duta membagi kami 31 Sahabat Teknologi Lampung 2023 menjadi ...